Jumat, 18 Januari 2013
Pacitan, 24 September
Musim kemarau melanda beberapa daerah di seluruh nusantara, termasuk beberapa daerah di kabupaten Pacitan, khususnya di desa kami yaitu Petungsinarang. Musim kemarau yang berkepanjangan kali ini tidak saja membuat resah para petani yang ingin menggarap sawahnya, tetapi juga berimbas pada penduduk yang jauh dari aliran air sungai maupun sumber air bersih, karena air adalah kebutuhan pokok sehari-hari yang harus terpenuhi.
Musim kemarau saat ini, yaitu tahun 2012, yang masanya lebih dari 6 bulan, menorehkan cerita tersendiri bagi daerah tandus di daerah petungsinarang dan sekitarnya. Mulai dari adri kisah antrean jerigen pada waktu tarawih, hingga loper banyu.
Musim kemarau saat ini, yang kebetulan melewati bulan suci romadhon yang seharusnya penuh berkah, malah menjadikan kekhusukan ibadah sebagian warga terganggu. Bagaimana tidak, pada waktu malam hari bulan romadhon yang seharusnya menyibukkan diri dengan tarawih atau tadarus alQur’an di mushola, malah harus berduyun-duyun menuju sumber air. Mereka memilih mencari sumber air pada malam hari karena menghindari sengatan panasnya matahari saat siang hari, dan air yang di dapat pada malam hari lebih jernih daripada yang di peroleh siang hari karena pada waktu siang sebagian warga mencuci pakaian di belik tersebut.
Belik, atau semacam sumur kecil untuk menampung air dari subernya, yang ada di daerah Petungsinarang semakin lama smakin sedikit, karena setiap musim kemarau tiba sumber air di belik tersebut lambat laun mengecil dan akhirnya mongering. Di desa Petungsinarang, ada sekitar 2 belik (sumber air) yang tidak mongering di musim kemarau, namun karena banyaknya warga yang mengambil air dari sumber tersebut, setiap warga yang ingin mengambil air dari sumur tersebut harus menunggu sekitar 1 sampai 2 jam.
Bagi warga yang tidak ingin mengantri hendaknya mengambil air pada malam atau dini hari, karena pada waktu-waktu tersebut sebagian warga lelap tertidur, dan air di di belik tersebut juga penuh. Mereka yang mempunyai kendaraan seperti sepeda motor atau mobil biasanya memilih mengambil air dari aliran sungai di Kebondalem Arjosari. Namun karena airnya sedikit keruh, mereka tidak menggunakan air tersebut untuk kebutuhan dapur, melainkan hanya untuk mandi atau mencuci.
Namun bagi warga yang tidak mempunyai waktu luang untuk mengantri air, atau terlalu sibuk denga pekejaannya mereka bisa membeli air dari warga yang khusus menjual jasa dan waktu berupa air. Dengan merogoh saku 3000 (tiga ribu) rupiah, warga bisa mendapatkan satu jergen air bersih 20liter, dan di antar sampai tempat.
Bisnis loper air makin lama makin banyak, karena mencari pekerjaan biasa semakin sulit, dan kegiatan ini bisa di jadikan sebagai kegiatan sampingan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar